Sabtu, 06 September 2008

Kenapa band indie tidak bermain di pasar religi?

*tulisan ini telah di-reject. jadi silahkan wacana ini dibaca, dikritik, di caci-maki, dijadiin bahan skripsi, dipertimbangkan, diketawakan, didiskusikan, atau didi amin...eh itu idi amin yah?...kriuk...kriuk...kriuk...


enjoy! cheers with no beers!


Kenapa band indie tidak bermain di pasar religi?



Setiap bulan puasa, menjelang dan juga sesudahnya, pasti akan ada musik-musik bertemakan religi dari major label. Sebut saja Gigi, Ungu, Vagetoz, dan lain-lain. Dan tentunya disertai dengan penyesuaian seragam para personilnya di video clipnya dan waktu mereka manggung. Seperti memakai sorban, dan mungkin kerudung untuk yang wanita(ngapain kalo cowok pake kerudung? Emang Cong? Hehehe)



Saya bertanya kepada beberapa teman saya tentang hal ini. ada yang suka, dan ada yang tidak suka. Ada yang bilang itu cuma asas manfaat saja. Memanfaatkan momentum di bulan puasa, abis itu kembali ke ‘asal’(kayak jin hehehe). Ada yang bilang itu bagus, karena para musisi bisa ingat kepada Sang Pencipta, karenya tanpaNya, mereka gak mungkin bisa seperti sekarang ini. Diluar itu fenomena musisi menyanyikan lagu religi ini tampaknya menjadi agenda tahunan mereka, karena selama sebulan itu mungkin mereka bisa mendapatkan penghasilan yang lebih dibandingkan dengan yang biasanya dan dibandingkan dengan musisi lain yang tidak menyentuh area ini.



Yang menarik perhatian gue, kenapa band indie gak ada yang melihat celah, ceruk, lekukan sintal, atau apalah namanya itu. Being idealisme bukan berarti gak bisa bermain pintar. Dan idealisme itu bukan berarti gak ada kompromi sama sekali. Dimana-mana pasti ada kompromi. Untuk bisa bermain musik, lo harus latihan dulu gak bisa langsung tau2x bisa main. Untuk bisa manggung lo harus cari event dulu. Untuk rekaman (Semurah apapun) lo harus ngumpulin uang dulu. Dan sebagainya dan sebagainya. Tapi manusia itu diciptakan oleh Tuhan untuk bisa beradaptasi dengan segala hal, dan ujian yang diberikan olehNya gak pernah melewati batas kemampuan kita, jadi sebenarnya kita bisa memanfaatkan apa yang kita punya hingga limit yang maksimal-push your limit. (gimana tuh perkataan gue, dah wise banget gak? Mungkin disesuaikan dengan bulan puasa…kalau lagi dateng bulan…lain lagi deh…kekekek).



Kalau saja ada band indie yang bisa melihat pasar ini; pasar religi, maka kemungkinan besar lagu-lagu religi yang terdengar di radio, atau mungkin video-video clip yang ada di televisi sekarang ini bukan punya band mainstream saja, tapi mempunyai pesaing baru. Musik indie mengambil ‘kue’ mainstream? What Not?! hehehe

Gue pikir kalau lagu-lagu band indie kalau membawakan atau membuat lagu religi akan jauh berbeda dengan yang sudah sering kita dengar.

Gue bahkan tahun depan berencana untuk membuat lagu religi bersama dengan Yudhi ELI. Belom tau gimana konsepnya. Yang pasti semua itu harus dimulai dengan niat yah. Hehehe. Ini semua untuk menunjukkan kalau musisi indie itu kreatif, dan bisa juga bikin musik religi. Dan tentu saja, religi Ungu, tentu beda dengan religi kami.(ngomong2x masalah ungu jadi inget Nourie, gitaris Sweaters yang konon gusinya ungu…hehehehehe, eh tapi jangan bilang2x dia yah…nanti dia GR! Wakakakakak!).



Sepertinya, satu bulan saja tapi pengaruhnya besar sekali kalau ada yang mengeluarkan album religi. Terlebih dari segi pendapatan hehehe…sapa tak kenal…eh, maksudnya, sapa sih yang gak mau punya penghasilan yang lebih?

Dengan pemikiran seperti itu, gue malah jadi berangan-angan sendiri, bagaimana jadinya jika band2x indie kesukaan gue membuat album atau lagu religi?

Salah seorang teman saya Sheila, yang kuliah di negeri Jiran membayangkan, andaikata Sweaters bikin album religi, apakah mungkin akan menyerupai Boys2Men? Wow! Keren banget pastinya…Dengan gaya cool Merdi sang vokalis, ditambah lagi dengan lagu bernafaskan religi..niscaya para ibu rumah tangga tidak akan keberatan mempersilahkan anak perempuannya untuk dibawa Merdi kemanapun Merdi mau tanpa harus ditanya akan pulang jam berapa! Hehehe…Lalu, Efek Rumah Kaca? Akankah seperti Jeff Buckley? Sore? Teenage Death Star? Amazing In Bed? thedyingsirens? (pesan sponsor)…Hehehe…Bisa jadi dashyat yah…tapi diterima tidaknya balik lagi kepada pasar yang mendengarkannya. Tapi, gak ada salahnya dicoba bukan? Bisa jadi ini adalah salah satu cara untuk survive, jikalau mau menggantungkan hidup dari bermusik, harus bisa memutar otak juga bagaimana caranya supaya musik lo itu bisa menghidupi lo, bukan begitu bukan?

Baiklah kulman (kuliah beberapa halaman) ini kita akhiri saja dengan membaca bersama2x,,,ayo smua ikuti saya yah…



“Ini Ibu Budi…!”



hahahaha…



So, what do you think? Should indie band go religy as well?

Tidak ada komentar: